Pembelajaran anak di rumah berbeda dengan di sekolah. Pembelajaran di sekolah terikat dengan tempat, waktu, jadwal, kurikulum, dan seterusnya. Adapun mendidik anak di rumah berlaku setiap hari, bahkan setiap saat. Mengandaikan pendidikan anak sebagai prosedur khusus yang memerlukan waktu-waktu khusus, akan banyak menyita kesempatan orang tua. Mendidik anak menjadi tak alamiah dan tak menggembirakan. Sebaliknya terkesan sebagai beban, baik bagi anak maupun orangtua. Mendidik anak jadi seperti kursus dengan paket-paket yang dikemas dalam sebuah kurikulum dengan anak sebagi peserta wajib dan orangtua guru resminya. Kita sadar bahwa tidak semua orangtua mempunyai kapasitas dan kesempatan untuk itu. Ditambah lagi banyaknya faktor pendukung yang diperlukan.
Sebenarnya ada banyak peristiwa-peristiwa keseharian yang merupakan pintu masuk seluruh unsur pendidikan yang ingin diberikan. Karenanya kita harus berusaha agar semua tidak terlewatkan begitu saja. Kita perlu mengetahui dan menerapkan berbagai macam metode sehingga setiap detik kebersamaan kita dengan anak bisa menjadi sebuah pembelajaran berharga baginya.
Dengan terkumpulnya metode-metode pembelajaran tersebut diharapkan
proses pendidikan akan berlangsung setiap waktu, tanpa anak merasa terus
digurui dan orangtua tidak merasa terbebani. Dengan mengharap
pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala, mudah-mudahan kita akan meraih keberhasilan. Diantara metode tersebut antara lain:
Metode Keteladanan
Keteladanan yang baik lagi shalih adalah sarana terpenting dalam
pendidikan. Ia memiliki pengaruh yang sangat besar. Orang tua adalah
contoh paling tinggi bagi anak. Anak tetap akan mengikuti perilaku dan
akhlaknya, baik sengaja atau pun tidak. Bila ia selalu jujur dalam
ucapan dan dibuktikan dengan perbuatan niscaya anak akan tumbuh dengan
semua prinsip-prinsip pendidikan yang tertancap dalam pikirannya. Dengan adanya teladan, seorang anak akan belajar dengan sesuatu yang nyata. Ini akan lebih mudah diserap oleh jiwa.
Dengan adanya teladan, seorang anak akan belajar shalat dan
menekuninya ketika melihat kedua orangtuanya tekun menunaikannya
disetiap waktu, demikian juga ibadah-ibadah lainnya. Dengan adanya
teladan, seorang anak akan tumbuh dengan sifat-sifat terpuji dan baik
yang didapatnya dari orangtua atau gurunya.
Sebaliknya ketidaksesuaian antara ucapan dan perbuatan akan menjadi racun dalam pendidikan.
Sebagai contoh, seorang anak yang melihat ayahnya suka berdusta tidak
akan dapat mempelajari kejujuran darinya. Sebagaimana seorang anak
perempuan yang melihat ibunya tak mempan dengan nasehat, maka jangan
harap ia tumbuh menjadi anak yang mudah diberi nasehat oleh ibunya.
Allah telah mencela para pendidik yang perbuatannya menyelisihi ucapannya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ (٢)كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ
اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لا تَفْعَلُونَ (٣)
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian disisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS.Ash-Shaf:2-3)
Bimbingan dan Nasehat
Nasehat yang baik termasuk sarana yang menghubungkan jiwa seseorang
dengan cepat. Apalagi nasehat yang kita ucapkan tulus dari dasar hati
kita yang paling dalam. Niscaya akan memberikan pengaruh yang yang
langsung menghujam di hati anak. Agar nasehat membawa perbaikan maka
perhatikanlah hal-hal berikut :
- Ulang-ulangilah nasehat, karena tabiat manusia adalah lupa, namun jangan berlebih-lebihan sehingga membuat jiwa menjadi bosan.
- Pilihlah waktu yang tepat, yaitu waktu ketika kondisi kejiwaannya dalam keadaan kondusif.
- Gunakanlah kata-kata yang mudah dan dapat dipahami sesuai dengan usia anak serta daya tangkap dan nalarnya.
Kisah dan Cerita
Kisah termasuk sarana pendidikan yang efektif. Sebab ia dapat
mempengaruhi perasaan dengan kuat. Apalagi kisah nyata, sangat besar
pengaruhnya pada jiwa anak, dapat memperkokoh ingatan anak dan kesadaran
berfikirnya. Sebuah pelajaran akan lebih mudah dicerna dan difahami
oleh akalnya bila diberi ilustrasi cerita. Yaitu cerita yang disertai
penjiwaan. Dengan catatan cerita yang bawakan tidak menyimpang dari
kaidah-kaidah syariat, jauh dari khayalan, dusta, dan kerusakan.
Allah juga menggunakan metode ini dalam mendidik, mengajar, dan mengarahkan. Dalam Al-Qur’an, Allah ta’ala menyebutkan tentang kisah para nabi dan rasul.
وَكُلا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ
أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ
الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ (١٢٠)
“Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah
kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu, dan dalam surat ini
telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi
orang-orang yang beriman.” (QS. Huud :120)
Kisah dan cerita juga dapat mempererat hubungan antara orangtua dan
anak. Akan menciptakan kehangatan dan keakraban tersendiri, sehingga
akan membantu kelancaran komunikasi.
Mengambil Pelajaran Dari Berbagai Peristiwa dan Kejadian
Mendidik anak berlangsung setiap hari. Dan peristiwa sehari-hari
sebenarnya adalah peristiwa besar, sekalipun tampak sepele. Peristiwa
keseharian ini akan memberi pengaruh sikap terhadap peristiwa-peristiwa
yang dialami anak di lain waktu. Pendidik yang cerdas lagi
sangat menginginkan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya tidak akan
membiarkan suatu kejadian melintas begitu saja tanpa mengambil pelajaran
darinya untuk ia sampaikan kepada anak-anaknya.
Karena hidup
memang penuh dengan peristiwa dan kejadian. Manusia senantiasa akan
menemui peristiwa-peristiwa ini selama masih hidup di dunia. Dan
peristiwa-peristiwa kehidupan termasuk sarana terpenting dalam mendidik,
karena memiliki pengaruh yang besar bagi anak. Ambilah setiap kejadian
sebagai pengarahan, bimbingan, pengajaran, dan sarana untuk meluruskan
kesalahan. Manfaatkan saat-saat yang tepat hingga bisa mengetuk jiwanya
dan mempengaruhi hatinya. Sewaktu perasaannya dapat merekam dengan jelas
sehingga pelajaran berharga masuk dalam jiwanya.
Demikianlah manhaj Al-Qur’an, bahkan Al-Qur’an diturunkan
berangsur-angsur menurut peristiwa yang terjadi agar lebih mengakar
dalam hati manusia.
Sebagai contoh peristiwa yang menimpa kaum muslimin
dalam perang Hunain, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي
مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ
فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الأرْضُ بِمَا
رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ (٢٥)
” Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai Para mukminin) di
medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, Yaitu
diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), Maka jumlah
yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang
Luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang
dengan bercerai-berai.” (Qs. At Taubah: 25)
Metode Pembiasaan
Biasakan anak melakukan kebaikan. Sebab bila anak terbiasa
mengerjakannya secara teratur, maka ia akan menjadi sebuah kebiasaan.
Dengan pembiasaan maka urusan yang banyak akan menjadi mudah. Tanamkan
kepada mereka kebiasaan melakukan sesuatu yang baik dan membawa
keberuntungan baginya dalam urusan dunia maupun agama. Baik itu ibadah,
adab, tutur kata, sopan santun, rutinitas keseharian, dan lain
sebagainya.
Memanfaatkan Waktu Luang
Dorong anak untuk mengisi waktu luang dengan kebaikan dan sesuatu
yang bermanfaat, sehingga tidak dimasuki oleh keburukan, kerusakan, dan
kesesatan. Berikan pengarahan yang benar dalam jalur kebaikan. Luangkan
waktu Anda bersama anak, untuk menemani, membimbing, dan beraktivitas
bersama mereka. Sehingga anak akan terlepas dari sebab-sebab
penyimpangan dan kerusakan, karena terlalu banyaknya waktu kosong tanpa
tahu harus diisi dengan apa. Karena Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam bersabda, “Dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu dengannya: kesehatan dan waktu luang” (HR. Bukhari)
Pemberian Motivasi
Berikanlah motivasi positif pada anak! Baik motivasi yang sifatnya
konkrit maupun maknawi. Berikan dorongan dan semangat kepada anak untuk
melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat.
Seiring dengan itu teruslah menggali apa yang menjadi bakat dan potensi
mereka. Biasakan mereka untuk berusaha dengan keras dan bersaing secara
sehat. Ikut sertakan anak dalam perlombaan yang positif.
Motivasi yang terus menerus akan meningkatkan kreativitas anak dalam
melakukan kebaikan dan hal yang bermanfaat. Dampingi terus mereka dan
berikan dukungan sebaik-baiknya. Motivasi ini bisa berbentuk bahasa
kata-kata ataupun bahasa tubuh. Dengan memberikan dukungan moril maupun
materiil. Dengan memfasilitasi anak atau dengan memberikan hadiah ketika
anak melakukan kebaikan.
Pemberian hukuman
Pendidikan anak dalam Islam dimulai dengan metode pengarahan yang
baik serta mengajak anak pada nilai-nilai mulia penuh dengan kesabaran.
Namun kadang, kita sudah menmpuh segala langkah nasehat maupun
pengarahan untuk meluruskan kesalahan anak dan kenyataannya hal itu
tidak mempan. Bahkan mereka semakin parah penyimpangannya sekalipun
telah diajak kembali ke jalan yang lurus dengan cara yang baik dan
halus. Dalam keadaan seperti ini kita harus mengambil cara yang tegas
demi kebaikan anak. Yaitu dengan memberikan hukuman. Namun pemberian
hukuman itu harus diimbangi dengan pemberian pujian dan balasan yang
baik.
Pendidikan dengan pemberian hukuman ini hendaknya bermula dari
ancaman hingga berakhir pada penjatuhan sanksi. Jika ternyata anak tidak
menghiraukan, maka sanksi harus benar-benar kita jatuhkan. Dengan
demikian akan tertanam pada jiwa anak bahwa ancaman kita itu
sungguh-sungguh dan bukan main-main. Demikianlah metode yang Allah ta’ala sebutkan dalam firman-Nya:
اللَّهُ وَاللاتِي تَخَافُونَ
نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ
وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلا
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا (٣٤)
” Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah
mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah
mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu
mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi
lagi Maha besar.” (An Nisa:34)
Kesimpulannya, metode pemberian sanksi baru kita
gunakan apabila seluruh metode mengalami kegagalan. Dan saat menjatuhkan
sanksi, perhatikan waktu yang tepat dan bentuk sanksi yang sesuai
dengan kadar kesalahan. Bentuk sanksi ini bisa bervariasi dari yang
teringan, misalnya mengurangi jatah harian anak, mengurangi jam bermain
atau yang semisalnya. Bisa berbentuk sanksi sosial berupa pengacuhan
sampai yang terberat, yaitu hukuman fisik.
Kita dapat membuat kesepakatan dengan anak tentang bentuk sanksi dan
kapan sanksi dijatuhkan. Sehingga anak lebih memiliki kesadaran dan
kesiapan untuk menerimanya.
Demikianlah delapan metode pembelajaran yang kita harapkan dapat
membantu kesuksesan kita dalam mendidik anak. Mendidik anak dengan
memberi contoh akan menghasilkan karakter yang mulia. Pengajaran dengan
tutur kata dan bimbingan yang baik mampu meluruskan berbagai kekurangan
dan kesalahan, memberikan wacana yang baik dalam kehidupannya serta
membiasakan mereka dengan kebaikan pula. Dengan memanfaatkan waktu
senggang, anak mampu menyalurkan potensi tubuh, akal dan perasaan untuk
sesuatu yang bermanfaat. Motivasi akan membangkitkan semangat dan
persaingan hidup yang sehat serta mengasah kemampuan dan keterampilan.
Sementara sanksi hanya berfungsi sebagai sarana kontrol akhir bila semua
sarana dan metode di atas tidak bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar