SDU DAAR EL-DZIKIR

Sholih, Cerdas, Mandiri dan Berprestasi

http://3.bp.blogspot.com/-z5c_LmEQir0/WeqW2TpB6WI/AAAAAAAACl4/KdIjQgpv2fQ2Fjal-78dfdT4SgdFFVD7QCK4BGAYYCw/s1600/banner.jpg

Kamis, 21 Februari 2013

Cermati siswamu yang berkemampuan lebih!


Identifikasi Kelebihan Kemampuan Belajar
Identifikasi kelebihan kemampuan belajar peserta didik dimaksudkan untuk mengetahui jenis serta tingkat kelebihan belajar peserta didik. Kelebihan kemampuan belajar diantaranya adalah:
1.      Belajar lebih cepat, ditandai dengan cepatnya penguasaan kompetensi (SK/KD) mata pelajaran tertentu.
2.      Menyimpan informasi lebih mudah, yakni akan memiliki banyak informasi yang tersimpan dalam memori/ingatannya dan mudah diakses untuk digunakan.
3.      Keingintahuan yang tinggi. Banyak bertanya dan menyelidiki merupakan tanda bahwa seorang peserta didik memiliki hasrat ingin tahu yang tinggi.
4.      Berfikir mandiri. Peserta didik lebih menyukai tugas mandiri serta mempunyai kapasitas sebagai pemimpin.
5.      Superior dalam berfikir abstrak, umumnya lebih menyukai kegiatan pemecahan masalah.
6.      Memiliki banyak minat. Mudah minat dengan masalah baru dan berpartisipasi dalam banyak kegiatan.

A.    Teknik Mengidentifikasi Kelebihan Kemampuan Belajar
Teknik yang dapat digunakan diantaranya melalui :
1.      Tes IQ (Intelligence Quotient) adalah tes yang digunakan untuk mengetahui tingkat kecerdasan peserta didik. Sehingga dapat diketahui tingkat kemampuan special, interpersonal, musical, intrapersonal, verbal, logic/matematik, kinestetik, naturalistic, dan sebagainya.
2.      Tes Inventori, yakni digunakan untuk menemukan dan mengumpulkan data mengenai bakat, minat, hobi, kebiasaan belajar, dan sebagainya.
3.      Wawancara yang dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan peserta didik untuk menggali lebih dalam mengenai program pengayaan yang diminati peserta didik.
4.      Pengamatan (Observasi) yang dilakukan dengan melihat cermat perilaku belajar peserta didik.

B.     Pembelajaran Remidial dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

Dalam mencapai standar isi dan standar kompetensi lulusan sesuai KTSP, proses pembelajaran diusahakan agar interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan kesempatan yang cukupbagi prakarsa,m kreativitas, dan kemendirian sesuai bakat, minat, perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Untuk mengatasi kesulitan / masalah belajar yang dialami peserta didik maka setiap satuan pendidikan perlu menyelenggarakan program pembelajaran remedial atau perbaikan.

C.     Hakikat Pembelajaran Remidial

Hakikat pembelajaran remedial merupakan layanan pendidikan yanmg diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai criteria ketuntasan yang ditetapkan. KTSP menerapkan system pembelajaran berbasis kompetensi, system belajar tuntas, dan system pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individu peserta didik yang ditandai dengan dirumuskan secara jelas standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik.
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan berbagai metode seperti ceramah, demonstrasi, pembelajaran kolaboratif/kooperatif, inkuiri, diskoveri,dsb. Metode pembelajaran juga digunakan berbagai media diantaranya media audio, video, dan audiovisual dalam berbagai format, mulai dari kaset audio, slide, video, computer, multimedia, dsb. Pada akhir program pembelajaran diadakan penilaian yang lebih formal berupa ulangan harian untuk menentukan tingkat pencapaian belajar peserta didik, apakah gagal tau berhasil mencapai tingkat penguasaan yang dirumuskan saat pembelajaran direncanakan.

D.    Prinsip Pembelajaran Remidial

Pembelajaran remedial merupakan pemberian perlakuan khusus terhadap peserta didik  yang mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran remedial sesuai sifatnya antara lain adalah:
1.        Adaptif
Program pembelajaran adaptif memungkinkan peserta didik untuk belajar  sesauai dengan kecepatan  kesempatan dan gaya belajar masing-masing. Pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual peserta didik
2.        Interaktif
Pebelajaran remedial memungkinkan peserta didik untuk intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersidia. Kegiatan belajar yang bersifat perbaikan selalu mendpatkan monitoring dan pengawasan agar diketahui kemajuan belajarnya 
3.        Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian
Dalam pembelajaran remedial perlu digunakan bernbagai metode mengajar dan metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
4.        Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin
Umpan balik beserta informasi yang diberikan kepada peserta didik mengenai kemajuan belajarnya. Umpan balik dapat bersifat korektif maupun konfirmatif. Dengan sesegera mungkin memberikan umpan balik dapat dihindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut yang dialami peserta didik.
5.        Kesinambungan dan ketersedian dalam pemberian pelayanan
Progam pembelajaran regular dengan pembelajaran remedial merupakan satu kesatuan dengan demikian progam pembelajaran regular  dengan remedial harus berkesinambungan dan progamnya selalu tersedia agar setiap saat peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.

Pelaksaan pembelajaran remedial
Pembelajaran remedial adalah pemberian bantuan bagi peserta didik yang mengalami  kesulitan atau kelambatan belajar langkah-langkah yang perlu dikerjakan dalam pemberian pembelajaran remedial meliputi dua langkah yaitu mendiaknosis kesulitan belajar dan memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran remedial.

E.     Diagnosis Kesulitan Belajar

Diaknosis kesulitan belajar untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar peserta didik. Kesulitan belajar dapat dibedakan menjadi :
ü  Kesulitan belajar ringan dijumpai pada peserta didik yang kurang perhatian disaat mengikuti pelajaran
ü  Kesulitan belajar sedang dijumpai pada peserta didik yang mengalami ganguan belajar yang berasal dari luar diri peserta didik misalnya faktor keluarga, pergaulan,dsb
ü  Kesulitan belajar berat  dijumpai pada peserta didik yang mengalami ketunaan pada diri mereka, misalnya tuna rungu, tuna netra, dsb

F.      Teknik Mendiagnosis Kesulitan Belajar

Teknik yang dapat digunakan untuk mendiaknosis kesulitan belajar antara lain :
v  Tes perasyarat adalah tes yang digunakan untuk mengetahui apakah perasyarat yang diperlukan untuk mencapai penguasaan kompetensi tertentu terpenuhi atau belum.
v  Diagnostik digunakan untuk mengetahui kesulitan peserta didik dalam menguasai kompetensi tertentu.
v  Wawancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lesan dengan peserta didik untuk menggali mengenai kesulitan belajar yang dijumpai peserta didik.
v  Pengamatan (observasi) dilakukan dengan melihat secara cermat perilaku belajar peserta didik sehingga dapat diketahui jenis maupun penyebab kesulitan belajar peserta didik.

G.    Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Remidial

Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial antara lain :
·         Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda. Pendidik perlu memberikan penjelasan kembali denga menggunakan metode dan media yang lebih tepat.
·         Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan. Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peran pendidik sebagai tutor.
·         Pemberian tugas – tugas latihan khusus. Tugas – tugas latihan perlu diperbanyak agar peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir
·         Pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas yang memiliki kecepatan belajar lebih. Dengan teman sebaya diharapkan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar akan lebih terbuka dan akrab.

H.    Waktu Pelaksanaan Pembelajaran Remidial

Pembelajaran remedial dapat diberikan setelah peserta didik mempelajari KD tertentu. Mengingat indikator keberhasilan belajar peserta didik adalah tingkat ketuntasan dalam mencapai SK yang terdiri dari beberapa KD. Mereka yang belum mencapai penguasan SK perlu mengikuti progam pembelaran remedial
Hasil belajar yang menunjukkan pencapaiaan kompetensi melalui penilaian dari penilaian proses  dan penilaian hasil.

I.       Penilaian Pembelajaran

Penilaian pembelajaran lebih ditekankan kepada hasil produk yang hanya menilai kemampuan aspek koknitif dan kadang direduksi melalui tes obyektif .
Dalam pembelajaran konstruktivisme mencakup seluruh aspek kepribadian siswa, seperti: perkembangan moral, perkembangan emosional, perkembangan sosial dan aspek kepribadian lainnya. Penilaian tidak hanya bertumpu pada penilaian produk, tetapi  hany mempertimbangakan segi proses. 

J.       Proses Pendidikan

Proses pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Penyelenggaraan pendidikan melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran.
Kurikulum berkelanjutan disempurnakan untuk  meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional
Pembelajaran disekolah dewasa ini kurang meningkatkan kreatifitas siswa, banyak pendidik menggunakan metode konvensional secara monoton sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh seorang guru. 
Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menurut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator didalamnya agar suasana kelas hidup.
Pembelajaran kooperatif terutama teknik Jigsaw dianggap cocok diterapkan dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong. 

K.    Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaktif peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar .
Model pembelajaran Coorperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran konstektual. Sistem pengajaran Coorperative Learning dapat didefinisikan sebagai system kerja / belajar kelompok yang terstruktur . yang termasuk didalam struktur adalah lima unsur pokok (Johnson, 1993:81),yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual,interaksi personal dan keahlian kerja sama   

L.     Proses Kelompok

Falsafah yang mendasari pembelajaran Coorperative Learning ( pembelajaran gotong royong ) adalah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.
Coorperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok  yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Pembelajaran Coorperative adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.
Menurut Anita Lie (1998 ;27) model pembelajaran Coorperative Learning tidak sama dengan sekedar belajar kelompok, tetapi ada unsur –unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan . Roger dan David Johson (dalam Nana ;1997:22) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Coorperative Learning, untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong.

1.      Saling ketergantungan positif.
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus meyelesaikan tugasnya sendiri .
2.      Tanggung jawab perseorangan
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Coorperative Learning. Coorperative Learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawab sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
3.      Tatap muka komunikasi antar anggota
Dalam pembelajaran Coorperative Learning setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi.kegiatan interaktif ini akan memberikan sinergi yang menguntungkan semua anggota . inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan.
4.      Komunikasi antar anggota
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan komunikasi. Ketrampilan komunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar.
5.      Evaluasi proses kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

M.   Tujuan  Pembelajaran Cooperative Learning

Tujuan pembelajaran Coorperative berbeda dengan kelompok konversional yang menerapkan sistem kompetisi, tujuan dari pembelajaran koorperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. 
Model pembelajaran koorperaktif dikembangkan untuk mencapai setidak – tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim (dalam Suyitno.2000:9) yaitu
1.      Hasil belajar akadenik
Dalam belajar koorperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa dan merupakan norma yang berhubungan sistem hasil belajar. Disamping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran koorperatif dapat member keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
2.       Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran koorperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial kemampuan, dan ketidakmampuannya. Dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai terhadap perbedaan individu satu sama lain.
3.      Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan terpenting ketiga pembelajaran kooperaktif adalah mengajarkan pada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi

N.    Model Pembelajaran Cooperative Learning menurut Jigsaw

Model pembelajaran cooperaktive learning teknik jigsaw ini pertama kali  dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aroson dan teman-teman di universitas Texas dan kemudian diadaptasikan oleh slavin dan teman – teman di universitas john Hopkins. 
Dalam teknik ini guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna.
Pembelajaran koorperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran koorperatif yang terdiri dari beberapa ngggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota yang lain dalam kelompoknya (Arends,1997:87)
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan (Anita Lie, dalam nana , 1997:64)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw , terdapat kelompok asal dan kelompok asli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli.kelompok asli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijalaskan kepada anggota kelompok asal.
Agar pelaksanaan pembelajaran cooperative learning dapat berjalan dengan baik, maka upaya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
1.      Guru senantiasa mempelajari teknik-teknik penerapan model cooperative learning dikelas dan menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
2.      Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas merupakan kelas heterogen.
3.      Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran cooperative learning.
4.      Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.
Pembelajaran disekolah dapat melibatkan siswa dengan guru akan melahirkan nilai yang akan terbawa dan tercermin terus dalam kehidupan di masyarakat. Teknik pembelajaran cooperative learning dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan dapat meningkatkan kretivitas siswa.
Sampai saat ini pembelajaran coorperative learning terutama teknik jigsaw belum dapat diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.
Sudah saatnya para pengajar mengevaluasi cara mengajarnya dan menyadari dampaknya terhadap anak didik. Untuk menghasilkan manusia yang bisa berdamai dan bekerja sama dalam pembelajaran disekolah, model pembelajaran coorperative learning perlu lebih sering digunakan karena suasana positif yang timbul akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran dan sekolah / guru. Selain itu, siswa akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan berfikir.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

http://4.bp.blogspot.com/-07kOzRBuMes/WeqZBjcRwCI/AAAAAAAACmQ/aWhHGt_IwqI1tHgppYAUpi4jADW8SmPtwCK4BGAYYCw/s1600/banner%2Bsdu%2B3.jpg